KOTAK HITAM

Aku masih menatap buku ini, buku kakekku. Buku yang ia tulis sejak tahun 2008. Mungkin tepatnya buku harian itu pertama kali ditulis tanggal 16 Desember 2008, dan sekarang sudah tahun 2052. Berarti sudah 44 tahun buku ini tersimpan dalam kotak hitam itu, dan hanya Kakek yang mengetahuinya. Tak ada lainnya, mungkin, memang Kakek sengaja untuk merahasiakan isi dari buku ini. Untaian Syair, Lagu, dan Pengalaman-pengalaman bersama dia. Ya, Dia. Wanita dalam lukisan yang dipajang di dinding ruang keluarga. Dia, pasti!
Malam sudah datang, jam dinding menunjukkan pukul 18.30. Aku masih duduk di kursi, tempat dimana aku biasa merenung. Aku masih membaca halaman pertama,
12 Des 08

Hari ini, hanya aku yang mengerti, tentang kebahagiaan dan pengorbanan.
Kebahagiaan yang bisa aku ciptakan, walau hatiku menangis!
Pengorbanan dari seseorang yang tiada sempurna!

Hari ini ulang tahunnya, hari dimana seharusnya kebahagiaan menyelimuti hatinya! Namun yang kutahu, dia, berkata lain;
Ada seseorang yang ingin melamarnya, seseorang yang munkin lebih sempurna daripada diriku, dan aku tahu pasti itu;
Apa yang akan kau katakan jika kekasihmu bertanya seperti itu? Sedangkan sekarang ini, kamu hanyalah seorang pengangguran, seorang yang gak punya apa-apa lagi. Bisa dibilang dirimu adalah pengemis. Apa yang akan kau katakan?

Hhh, aku tahu, dia juga masih sayang padaku. Dan aku begitu sangat mencintainya! Tapi pantaskah seekor gagak mencintai merpati?
Mungkin benar kata pepatah, cinta emang gak harus memiliki. Mungkin hanya dengan mendegar Dia bahagia, cukup membuat hatimu tersenyum.

Aku mundur atas cintanya; walaupun begitu "Aku akan tetap mencintainya, walau sekarang dia bukan milikku lagi!"  Karna Cinta itu Indah!

Aku masih tertegun menatap tulisan itu. Siapakah yang disebut "Dia". Apakah ini alasan Kakek yang hingga saat ini belum memiliki seorang pendamping selama hidupnya? Padahal, umurnya sekarang sudah 63 tahun, Kakek masih tetap membujang. Tapi aku tidak pernah mempertanyakan hal itu sekalipun sama Kakek. Yang aku tahu, kesetiaan lah yang membuatnya seperti ini, hingga sekarang. Tapi apakah hal ini merupakan pilihan yang benar? Mencintai seseorang hingga akhir hayatnya, walau kenyataannya, dia bukan milikmu lagi, dan mungkin tidak akan pernah. Apakah kesetiaan bisa membuatmu bertahan?
Hhh, jam dinding kini berbunyi, menunjukkan pukul tujuh malam. Aku menutup buku itu, dan menaruhnya dalam laci meja belajarku. Aku menatap sesuatu, dia atas mejaku, ada sebuah kaset VCD, yang aku temukan bersama buku harian Kakek tadi siang di dalam kotak hitam itu.
Kaset itu sepertinya sudah lama tersimpan di kotak hitam itu. Mungkin sudah rusak pula, tapi aku coba buka dulu dengan laptop yang ada di depanku. Kubuka isinya, hanya berisi beberapa file lagu dengan format mp3 dan wmv. Aku pun semakin penasaran, aku buka lagu pertama yang berjudul Senandung Lirih. Aku lihat informasi filenya, dibuat pada tanggal 18 September 2010. Lagu ini merupakan lagu klasik, sudah 40 tahun yang lalu, ketika band-band seperti Ungu, Dewa, Hijau Daun, FM, dan band-band legendaris lainnya masih berjaya. Berarti lagu ini dibuat ketika Kakek berumur 20 tahun, ketika dia masih muda.
Aku menghayati setiap syair dan dentuman melody yang tersirat di dalamnya. Lagu yang berisikan cinta seseorang yang sudah mendarah daging terhadap kekasihnya. Lagu sendu buat orang patah hati, lagu ungkapan jiwa yang terlalu mencintai seseorang. Lagu kesetiaan? Ya, mungkin inilah ungkapan hati Kakek!!!
Tiba-tiba ada suara ketukan pintu bersamaan dengan seseorang yang memanggilku, "Dan, Dani, Sholat Isya' dulu Nak, sudah adzan!" Ternyata suara Kakek yang menghampiriku sebelum pergi ke mushola depan rumahku. Itu sudah kebiasaan Kakek. "Iya Kek, sebentar." Aku pun menutup laptop dan beranjak mengambil peci dan berangkat ke mushola bersama Kakek! Di perjalanan, aku melihat Kakek yang selalu tersenyum pada setiap orang yang ia temui, itulah kebiasaannya, tapi di balik semua itu, ada sesuatu yang lain, sesuatu yang mungkin sangat menyedihkan di balik senyum dan tawanya. Sesuatu yang tersimpan di Kotak Hitam itu, ya, itulah rahasia Kakek!!!

- *** -

Aku duduk di ranjangku seraya merangkul gitar keasayanganku. Mencoba memetiknya lirih, sambil mengingat-ingat lagu yang tadi aku putar. “Jreeng!” tes pertama keseimbangan dari masing-masing senar gitar! Lumayan! Aku teringat syair pertama lagu itu,. Aku mencoba mencari kunci gitar dari setiap baitnya, ku coba bernyanyi, lirih, takut terdengar oleh Kakek. Karena aku takkan punya jawaban jika Kakek sampai mempertanyakan lagu siapa ini.Sedikit demi sedikit aku mencoba menyanyikannya. Lumayan, karna sebenarnya aku tidak pandai main gitar, sebatas tahu akor Mayor dan Minor, apalagi menyanyi, kaya suara seng ditarik kuda, berantakan. Hmmm, G, D, Em, ya, terus… C & D! Ya, inilah kunci lagu bait pertama’“Saat kumemandang wajahmu, kumerasakan pancaran pesonamuLihatlah manisnya senyum di wajahmu, tak sadarkah dirimu begitu indah!
Bait pertama dan kedua sudah ketemu, sekarang tinggal bait ketiga, “Aku mencintaimu di seumur hidupku. Aku menyayangimu sampai di ujung waktuku!”. G, C, & D, Hmmm…
“Dengarkan aku bernyanyi, lagu ini untukmu, cinta… Memang semua salahku terlalu mencintai dirimu… Seandainya, kau bisa mengerti!”
D, G, Em – D, G, Em – C, D – Aku terdiam setelah menyanyikan bait yang ini! Lagu siapa ini? Itulah pertanyaan yang sampai sekarang masih muncul dalam otakku. Tak pernah kudengar lagu ini dalam koleksi lagu-lagu klasik yang aku simpan di laptopku. Kakek?
Tak lama berfikir, aku beranjak keluar kamar, dan duduk di sofa ruang keluarga yang letaknya pas di depan pintu kamarku. Aku duduk terdiam dan masih merangkul gitarku. Aku melihat sebuah lukisan seorang wanita berjilbab putih yang dipajang tepat di dinding, dengan background warna biru muda, lukisan itu mirip sekali dengan foto yang terselip dalam buku harian Kakek! Mirip sekali, memang sangat cantik, wajahnya seperti wanita yang sangat sholeha. Apakah lukisan itu yang kakek sebut Dia pada halaman pertama buku itu?
Aku tersadar dari lamunam setelah seseorang dari arah kiri menyapaku, “Ada apa Dan?”. Aku pun kaget, ternyata kakek sedang berdiri di sebelah kiriku sambil mengernyitkan dahinya, menatapku, kemudian memandang lukisan itu! “Nggak ada apa-apa, Kek! Cuma liat lukisan itu. Bagus banget, Kek!” jawabku mencari alasan. Kakek hanya tersenyum kecil kemudian duduk tepat di sampingku! Ia menarik nafas panjang, kemudian dikeluarkan lewat hidung. Dia menatapku kembali tanpa makna, kemudian mengambil rokok yang ada di saku bajunya dan menghisapnya!
Aku masih terdiam, tak berfikir lama, kulantunkan saja gitarku, tetapi tanpa sadar, ku petik gitar dengan kunci lagu yang barusan aku pelajari, walau tanpa syair, tapi model petikan senar gitarnya sama. “Lagunya siapa Dan?”, Tanya Kakek sesaat setelah mendegar lantunan gitarku. “Aduh, aku lupa, kenapa aku melantunkan lagu ini?”, pikirku kebingunan mau jawab apa. “Emm, anu Kek, lagunya Mitos, band yang baru naik daun, Kek!”, jawabku sambil tersenyum kecil agak malu. “Mmmm…”, kata Kakek sambil menghisap rokoknya kembali! Tapi aku masih agak gemetar, aku yakin Kakek ingat betul dengan kunci dan model petikan senar gitar yang aku lantunkan barusan. Apakah sebegitu dalamnya lagu itu dengan perasaan Kakek saat itu, hingga teringat sampai sekarang. Karena biasanya Kakek tidak pernah mempertanyakan lagu siapa yang aku lantunkan. Aku semakin penasaran dengan lagu ini. Apa hubungannya lagu ini dengan buku harian Kakek? Apakah keduanya mempunyai hubungan dengan masa lalu Kakek yang menurutku sangat misterius?
 “Mau kopi?”,tanya Kakek kepadaku sambil membuang puntung rokok yang sudah habis. “Iya, jangan manis-manis, Kek!”, jawabku agak terkaget dari lamunan sebentar. Kemudian Kakek berjalan ke dapur dan aku terdiam.

No comments:

Post a Comment